4/10/2014

Aku hanya ingin menyampaikan sebuah rasa

Hai hallo, selamat pagi, pagi

Malam ini yang kata sebagian orang disebut pagi aku kembali meyakinkan diri bahwa aku rindu untuk mengukir kata disini. Iya, sudah sedikit sekian lama aku mengizinkan diriku ini untuk menjadi begitu malas untuk menulis disini, aku memang tak mahir menulis karena aku belum begitu mengerti bagaimana caranya membaca, membaca yang sesungguhnya, membuat aku tidak begitu memahami apa yang seharusnya aku tulis karena tak ada sesuatu yang kubaca untuk kemudian aku tulis.

Tapi biarlah, dengan segala kesederhanaan dan keminiman ini aku, untuk diriku sendiri akan memulainya, untuk mengingat-ingat apa yang harus diingat dan untuk membuka apa yang seharusnya aku buka.

Hari ini ditengah hiruk pikuk berbagai media dari seluruh penjuru tanah air yang memberitakan tentang suatu momen krusial negeri ini, aku terdiam di ruang tengah ini, menyaksikan tembok merah jambu sesekali meliriku dan kemudian memejamkan matanya lagi. Aku sejak kecil selalu membayangkan bahwa benda-benda yang diclaim sebagai benda mati oleh benda hidup penguasa dunia justru benda hidup paling tidak untuk benda-benda mati di sekitarnya, coba saja, tembok itu hidup dan nyata ada kan, anggap saja itu definisi sempit dari hidup, maka dapat dikatakan dia hidup kan, mungkin dia hanya terlalu lama diam dan menjadi bosan untuk berkata. Kalo kamu berbicara mungkin aku bisa melakukan sesuatu, bok :)

Tembok merah jambu ini kemarin menjadi saksi bagiku yang sehabis solat tahajud termenung sesaat kemudian menjadi beberapa saat dan akhirnya menangis. Hari ini dia menjadi saksi lagi bagiku yang sekarang termenung kata apa yang seharusnya aku tulis disini. Aku bingung.

Aku hanya ingin menyampaikan sebuah rasa.