5/18/2014

untuk itu, aku sampaikan lewat sini.

hai, kamu yang sedari tadi aku tunggu kabarnya
hai, kamu yang sedari tadi aku terka-terka sedang apa
hai, kamu yang sampai saat ini masih aku percaya, kamu sedang menebar manfaat lain disana.

Sudah sembilan hari terlewatkan, wah kebetulan jumlah harinya sama dengan tanggal lahirmu. Selamat berumur 20 tahun 9 hari, kamu. Butuh sembilan hari lamanya ternyata buat aku untuk merangkai ucapan ulang tahun untuk kamu yang katanya sempat kamu cari-cari di kotak kado dariku waktu itu.

Selamat ulang tahun ya, salah satu kebahagianku. Aku tak pandai merangkai kata selamat untukmu yang indah, yang sekarang akan aku lakukan adalah mencoba untuk merangkai kata-kata ini yang sudah lama ingin aku sampaikan.

Terimakasih untuk kamu, terimakasih sudah menciptakan alasan-alasan bagi aku untuk melakukan hal-hal yang membuat aku bahagia.

Setiap hal-hal yang aku lakukan jika beralasankan karena kamu, entah karena apa aku jadi merasa begitu hidup dan bahagia.

Mencampur adukan adonan roti dengan puding biar jadi pudding cake jam 2 malam menjadi begitu sangat membahagiakan karena tau itu untuk kamu.

Memotong-motong buncis dan wortel untuk garnish spicy carbonara menjadi begitu sangat membahagiakan karena tau itu untuk kamu walaupun  jadinya aku juga yang ngabisin

Apalagi yang ini

Waktu hari rabu itu, 2 hari sebelum hari ulang tahun kamu. aku pergi sendiri karena hanya ingin sendirian, mencari barang yang bisa diingat untuk aku kasih ke kamu. Dan it's really hard to say, sebahagia itu aku melakukannya. milih-milih barang yang sekiranya cocok buat kamu, nerka-nerka kamu bakal suka barang ini atau ngga, sampe sok2an nebak nomer kaki kamu, walaupun aku udah tau si sebenernya:p

ngga tau berasanya hidup aja kalo ngelakuin hal-hal yang beralasan buat kamu. jadi bahagia sendiri.
oiya ada lagi yang sampai sekarang masih buat aku mesem-mesem, yang waktu itu, pas aku telpon kamu jam 12 malam tanggal 9 mei itu, pas aku langsung nyanyi happy birthday terus kamu langsung ketawa, entah, sampai detik ini aku ngerasa itu ketawa termanis yang pernah aku denger dari kamu, ngga tau kenapa, bahagiaaa gitu waktu dengernya, apalagi sekarang ngebayanginnya, mesem-mesem walaupun sebenernya aku ngga tau ekspresi kamu gimana.

Selamat ulang tahun, ya kamu:)
Kamu, yang jadi alasan-alasan aku melakukan hal-hal yang membahagiakan.


4/10/2014

Aku hanya ingin menyampaikan sebuah rasa

Hai hallo, selamat pagi, pagi

Malam ini yang kata sebagian orang disebut pagi aku kembali meyakinkan diri bahwa aku rindu untuk mengukir kata disini. Iya, sudah sedikit sekian lama aku mengizinkan diriku ini untuk menjadi begitu malas untuk menulis disini, aku memang tak mahir menulis karena aku belum begitu mengerti bagaimana caranya membaca, membaca yang sesungguhnya, membuat aku tidak begitu memahami apa yang seharusnya aku tulis karena tak ada sesuatu yang kubaca untuk kemudian aku tulis.

Tapi biarlah, dengan segala kesederhanaan dan keminiman ini aku, untuk diriku sendiri akan memulainya, untuk mengingat-ingat apa yang harus diingat dan untuk membuka apa yang seharusnya aku buka.

Hari ini ditengah hiruk pikuk berbagai media dari seluruh penjuru tanah air yang memberitakan tentang suatu momen krusial negeri ini, aku terdiam di ruang tengah ini, menyaksikan tembok merah jambu sesekali meliriku dan kemudian memejamkan matanya lagi. Aku sejak kecil selalu membayangkan bahwa benda-benda yang diclaim sebagai benda mati oleh benda hidup penguasa dunia justru benda hidup paling tidak untuk benda-benda mati di sekitarnya, coba saja, tembok itu hidup dan nyata ada kan, anggap saja itu definisi sempit dari hidup, maka dapat dikatakan dia hidup kan, mungkin dia hanya terlalu lama diam dan menjadi bosan untuk berkata. Kalo kamu berbicara mungkin aku bisa melakukan sesuatu, bok :)

Tembok merah jambu ini kemarin menjadi saksi bagiku yang sehabis solat tahajud termenung sesaat kemudian menjadi beberapa saat dan akhirnya menangis. Hari ini dia menjadi saksi lagi bagiku yang sekarang termenung kata apa yang seharusnya aku tulis disini. Aku bingung.

Aku hanya ingin menyampaikan sebuah rasa.


2/07/2014

4.

"Tit"terdengar bunyi singkat yang cukup mungil disertai cahaya merah yang seketika menerangi ruang 3×2 sebelah kiri depan Rumah No 7 Magnolia Cluster, perumahan Adipati, Medan yang telah gelap gulita karena telah dipadamkannya lampu yg melekat di atap atasnya, waktu menunjukan pukul 22:40, waktu yang sudah cukup larut untuk memulai obrolan melalui benda kecil berlabel handphone ditengah kewajiban esok pagi untuk bangun dan bersiap sekolah.

Setelah tadi cukup lama bagiku bergulat dengan kerut di kening dan seringai di mulut menanti bunyi ini keluar dari persembunyiannya
Iya, sedari tadi aku sudah menunggu momen ini, momen dimana handphoneku berbunyi dengan disertai cahaya merah dari lampu kecil disudut handphoneku. Cahaya lampu merah itu menunjukan bahwa benar itulah dia yang aku tunggu, warna merah yang spesial aku atur hanya khusus untuk dia, dia yang entah sedari beberapa banyak jam tadi sedang apa, berbuat apa dan bersama siapa.

Kubuka 4 bbm sekaligus, tempat asal lampu merah yang tadi begitu menerangi kamarku, pesan hampir satu layar handphone memenuhi pandanganku,

Pesan pertama
"Maaf aku baru bisa balas bbm kamu, tadi ada banyak hal yang harus aku lakukan, sebelum maghrib aku harus mengantar mama ke tempat teman, kemudian tepat maghrib aku sudah harus berada di rumah, alhasil aku terburu-buru untuk segera pulang."

Pesan kedua
"Sampai di rumah ada hal yang harus aku kerjakan, mmmm tidak sedikit yang harus aku kerjakan, maaf ya."

Pesan ketiga
"Kamu sedang apa skrg?, sudah tidur ya? Maaf ya aku baru bisa membalas bbmmu semalam ini:("

Pesan keempat
"Yasudah kalau begitu, selamat malam, selamat tidur, mimpi indah, sayang, maaf ya."


Entah aku harus tersenyum atau menangis membaca 4 pesan tersebut, hampir 4×2 jam hilang, hanya memberi 4 pesan kabar dan hanya terdiri 4 kata maaf dan kesimpulan yang cukup empat(re: empet) untuk dibaca. Andai dia berpikir sudah 4× berapa kali dia melakukan hal ini, pertama menyapaku lewat bbm sehabis mengantarkanku pulang, dan kurang dari semenit aku membalas bbmnya, dia hilang, hilang seperti tengah berburu di hutan rimba dari pagi hingga petang, kemudian baru muncul kembali ketika kerut di keningku sudah mulai kaku, dan seringai di mulutku sudah mulai mengering.

Iya, entah sudah 4x berapa kali dia melakukan hal yang sama padaku. Aku kesal, kesal bukan main, bukan karena dia lebih mementingkan yang lain ketimbang diriku, tapi, aku kesal karena setiap dia seperti ini, otakku ini tak pernah berhenti memikirkan hal-hal mengerikan yang bisa saja terjadi padanya ketika dia hilang seperti ini, mungkin ia jatuh dari sepeda motor, tertabrak kendaraan ketika menyebrang jalan, terteka peluru nyasar di jalan raya atau mungkin ia tengah menyantap makan malamnya kemudian, satu potong ayam menyangkut di kerongkongannya, atau yang lebih mungkin... dia tengah asyik bercengkarama dengan seorang wanita bertubuh langsing nan pipinya tirus sambil tertawa manis bersama, yang terakhir ini merupakan bagian yang sebenarnya paling mengerikan.

Setiap membayangkan hal itu, seketia aku berusaha merangkai kata-kata ampuhku untuk kukirimkan kepadanya kalau-kalau pada akhirnya dia kemudian muncul pada tengah malam dengan 4 kata maafnya itu. Kata-kata yang merepresentasikan kerut di keningku yang sudah mulai kaku dan seringai di mulutku yang hampir mengering. Kata-kata ala perempuan-perempuan arus inti alisan mainstream yang sama mencekamnya dengan suasana perang dunia kedua yang biasa tertera dalam novel-novel teenlit bacaanku sekitar 3 tahun yang lalu. Kata-kata ampuh yang cukup sebanding seramnua dengan bayangan gilaku tadi yang kemudian dapat melipatgandakan 4 maaf nya menjadi mungkin 16, 64, 256 ataupun 1024.

"Iya, ngga papa sayang, aku tahu banyak hal yang kamu harus kerjakan, selamat tidur juga, sayang:)"

Bukan, bukan yang ini yang aku rangkai, tapi ini yang terlanjur kukirim.


Emp(a)/(e)t.